Tuesday 25 November 2008

Merumuskan dan Mengembangkan Ide dengan Teknik “Clustering”


“Bagian paling sulit dalam menulis adalah mengetahui apa yang ingin Anda tulis: apa tema sesungguhnya dan bagaimana memulainya,” ujar Joyce Wycoff dalam karyanya Menjadi Superkreatif Melalui Metode Pemetaan-Pikiran. Ada kemungkinan Anda, seakan-akan, sudah punya ide di benak Anda. Namun, seperti apa ide Anda itu?

Apabila ide di dalam benak Anda itu tidak dapat Anda rumuskan dan kemudian Anda “lihat” (baca), ada kemungkinan ide Anda itu sebenarnya tidak ada. Apabila ide Anda itu tidak ada, tentulah Anda akan susah mendeskripsikan atau menjabarkannya secara detail. Nah, persoalan akan tambah pelik jika Anda harus mengembangkan ide tersebut menjadi sebuah makalah atau buku.

Kaitan Ide dan Bahasa
Pertama-tama, yang harus Anda sadari ketika Anda ingin merumuskan dan mengembangkan ide adalah mendeteksi terlebih dahulu apakah di dalam diri Anda sudah tersedia kosakata yang kaya dan beragam atau belum. Sebab kemacetan dalam menulis biasanya terletak dalam konteks ketersediaan kata-kata di dalam diri Anda. Mungkin di dalam diri Anda sudah tersedia banyak sekali ide yang siap Anda keluarkan. Namun, jika Anda “miskin bahasa”, bisa jadi ide yang banyak itu tidak akan dapat Anda rumuskan dengan sangat jelas. Apalagi jika ide Anda itu merupakan ide yang cemerlang. Untuk merumuskan dan mengembangkan ide yang cemerlang, Anda memerlukan bahasa yang “cemerlang” (berkualitas) pula.

Anda tetap bisa menulis dan mengembangkan ide Anda tanpa mendeteksi lebih dahulu apakah Anda memiliki kekayaan kosakata atau tidak. Hanya, sepengetahuan saya, jika demikian yang terjadi, Anda saya pastikan akan mengalami kesulitan dalam menjalankan kegiatan menulis. Bahkan, yang lebih parah, Anda akan merasakan bahwa menulis itu ternyata sebuah siksaan. Anda tersendat-sendat dalam menulis. Anda bingung kenapa ide yang ada di dalam benak Anda berbeda dengan ide yang Anda rumuskan secara tertulis. Dan Anda sempat mengalami frustrasi hebat karena Anda sudah memperbaiki tulisan Anda berkali-kali, tetapi Anda tetap tidak percaya diri dengan tulisan yang sudah Anda koreksi dan perbaiki berkali-kali itu.

Bagaimana agar diri kita memiliki banyak kata-kata? Jawabannya: membaca! Bagaimana agar diri kita memiliki banyak kata-kata yang berkualitas (cemerlang)? Jawabannya: membacalah banyak buku yang bahasanya benar-benar berkualitas (cemerlang). Ide yang cemerlang hanya akan dapat ditampakkan jika berhasil dirumuskan (dibahasakan) lewat kata-kata yang cemerlang. Bagaimana menemukan buku-buku yang memiliki bahasa yang cemerlang? Cobalah Anda ambil sebuah buku dan bacalah sehalaman buku itu dengan bersuara. Rasakanlah!

Tentang Menulis Bebas
Menulis bebas (free writing) adalah menulis sesuai dengan kehendak atau keinginan si penulis. Menulis bebas menjadikan si penulis-bebas sebagai tuan atau majikan atas apa yang ingin ditulisnya. Tujuan menulis bebas adalah untuk mengeluarkan semua bahan tulisan awal yang diduga tersimpan di dalam diri si penulis. Menulis bebas adalah menulis secara sangat subjektif. Menulis bebas, bisa dikatakan juga, sebagai kegiatan menulis yang tidak mengindahkan aturan—khususnya aturan berbahasa. Dapat dikatakan juga bahwa menulis bebas sama dengan “membuang”—membuang segala apa yang ada di dalam diri ke selembar kertas atau layar monitor komputer. (Lihat film Finding Forrester).

Kegiatan menulis bebas ini harus bebas sama sekali dari kegiatan mengoreksi. Dalam bahasa lain, menulis bebas adalah menulis yang dibiarkan mengalir begitu saja tanpa hambatan (sekali lagi, tanpa ada kegiatan mengoreksi). Seperti jalan tol yang bebas hambatan, menulis bebas bagaikan mengendarai mobil secara sangat kencang tanpa ada yang menghambat di jalan raya. Kita bahkan bisa ngebut karena kita memang harus menguras semua yang ada di dalam diri kita agar keluar semua secara sangat cepat dan tampak dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, ada yang menyamakan free writing dengan fast writing.

Merujuk ke temuan Roger Sperry, menulis bebas adalah menulis dengan memfungsikan otak kanan dan “mematikan” terlebih dahulu otak kiri. Manfaat menulis bebas adalah untuk “melihat” (membaca) apakah bahan-bahan mentah tulisan itu memang ada di dalam diri kita atau tidak? Apabila, bahan-bahan mentah tulisan itu dapat kita keluarkan semua, tentulah kita lantas dapat leluasa memilih mana yang bisa dikembangkan dan mana yang harus dibuang. Menulis bebas membantu diri kita untuk fokus dan melakukan pengelompokan bahan mentah tulisan yang ingin kita kembangkan.

Ihwal ”Penggambaran” Ide dengan Teknik “Clustering”
“Clustering” berarti kegiatan mengelompokkan sesuatu. Teknik “clustering” adalah teknik menulis dengan cara mengelompok-kelompokkan ide dengan bantuan gambar. Teknik ini dikembangkan oleh Dr. Rico dengan berpijak pada teknik “mind mapping” (pemetaan pikiran) yang ditemukan oleh Tony Buzan. Cara mengoperasikan teknik ini berlandaskan temuan Roger Sperry yang menunjukkan kepada kita bahwa ada dua belahan otak di kepala kita yang masing-masing belahan tersebut berfungsi secara sangat berbeda. Kedua belahan itu disebut belahan otak kiri (left hemisphere)—yang suka ketertiban dan bersimbolkan teks—dan belahan otak kanan (right hemisphere)—yang suka kebebasan dan bersimbolkan gambar.

Menurut Joyce Wycoff, ”Pemetaan pikiran adalah alat pembuka pikiran yang ajaib.” Kenapa ajaib? Karena pada saat Anda membuat “peta pikiran” dan membiarkan gagasan dan pemikiran Anda menyebar ke seluruh halaman, Anda akan berteriak, “Nah, ini dia!” Pemetaan-pikiran akan membantu Anda menemukan pikiran Anda. Pikiran Anda adalah alam semesta: alam semesta diri Anda (mikrokosmos). Menjelajahinya akan sangat menyenangkan dan menggembirakan, seperti layaknya mejelajahi dunia di sekeliling Anda.

Jika Anda kerap berlatih menulis dengan memanfaatkan teknik “clustering” ini, kata Dr. Rico, Anda akan terampil dalam mengembangkan ide-ide Anda. Anda juga akan dimudahkan dalam merumuskan ide-ide Anda tersebut. Hal ini dikarenakan, teknik “clustering” mengajak Anda untuk memulai dari kelompok kecil, seperti laiknya Anda bermain puzzle. Anda diminta untuk membuat dan melihat kepingan-kepingan puzzle (kelompok kecil) ide terlebih dahulu, baru kemudian setelah kepingan itu terkumpul banyak, Anda mulai mengait-kaitkannya. Sementara, gambaran besar dari ide Anda itu sudah Anda lihat dan pelajari secara saksama dan detail.
Menulis dengan teknik “clustering” bisa berarti menulis bebas tetapi menggunakan gambar (“peta” yang sesungguhnya, yaitu peta visual)

Oleh: Hernowo
Sumber : mizan.com

No comments: